Sabtu, 11 Desember 2010

Bali Makin Padat Oleh Beton


gagah, bangunan hotel disekitar pantai sanur tampak berdiri gagah


Bali adalah pulau kecil dengan keindahan pemandangan yang sangat mengagumkan dan culture yang masih terjaga dengan baik.  Namun, pulau kecil nan indah ini semakin hari  semakin sempit. Ya tentu saja. Pengembangan-pengembangan oleh para investorlah penyebabnya.
Dahulu bali adalah pulau yang dikenal sebagai pulau yang memiliki keindahan alamnya yang masih alami dan pulau yang kebudayaannya masih sangat kental khususnya kebudayaan masyarakat bali, yang mayoritas beragama hindhu. Banyak wisatawan yang tak hanya datang ke bali untuk menikmati keindahan alamnya saja. Tetapi, banyak wisatawan mancanegara dan juga domestik yang datang karena ingin tahu kebudayaan-kebudayaan dan kesenian bali. bahkan, tak jarang wisatawan juga mempelajari budaya dan kesenian bali. Namun, belakangan wisatawan asing khususnya bukan hanya memiliki tujuan berwisata melainkan bertujuan bisnis. Khususnya para investor yang berbisnis mengembangkan wisata di pulau kecil ini. Fenomena ini sudah terjadi pada awal tahun 90-an. Pulau bali dengan keindahan alamnya tampaknya menjadi salah satu alasan para investor untuk membangun villa dan hotel di pulau ini.  Memang tidak dipungkiri, pesatnya pembangunan-pembangunan yang ada di pulau ini tak lepas dengan adanya investor. Investor terkadang memang menjadi suatu yang menguntungkan. Khususnya dalam memperlancar aliran devisa negara. Tetapi terkadang investor menjadi momok yang menakutkan bagi pulau ini.
Salah satu Dosen fakultas pariwisata universitas udayana(Unud) I Ketut Suwena menjelaskan investor itu memiliki dua segi. Yaitu, segi positif dan segi negatif. “Segi positifnya investor membantu pulau bali sendiri sehingga menjadi seperti sekarang ini kemudian dengan adanya pengembangan tersebut,” ujar dosen yang mengajar ilmu pengantar pariwisata itu. Masyarakat Bali memang lebih diuntungkan khususnya dalam segi pekerjaan. Tetapi dibalik itu sisi negatif tengah mengancam pulau Bali.  Banyak investor yang seenaknya saja membangun villa atau hotel tanpa izin resmi, melanggar perarem-perarem( hukum-hukum adat bali), dan banyak investor yang membangun hotel sekali lewat saja. Artinya jika hotel atau villa itu sepi pengunjung investor membiarkan hotel dan villa yang sepi itu terlantar begitu saja. Kemudian, membangun lagi di tempat lain. Nah, kalau sudah begitu otomatis ini bukan lagi menguntungkan. Itulah momok yang sangat menakutkan bagi masyarakat bali. Pengembangan boleh saja dilakukan namun, harus sesuai sistem yang berlaku, jangan terfokus pada satu wilayah saja yang harus dikembangkan. Tetapi, wilayah-wilayah lain yang berpotensi juga perlu dilakukan pengembangan. Agar, pengembangan menjadi merata. “Pembangunan jangan bersifat kebebasan, artinya harus sesuai perda-perda dan hukum-hukum adat yang berlaku,” ujarnya dengan senyum. “Serta didukung dengan SDM(Sumber Daya Manusia) yang memadai,” tambahnya.
  “Investor di bali saat ini seperti kita memakan nasi yang masih sangat panas,” papar Kadek Agus Dharmawan, Manager Divisi Program Walhi. Tambahnya lagi, tentunya agar dingin nasi itu kita ratakan terlebih dahulu kemudian kita makan dari pinggirnya yang sudah dingin. kemudian yang ditengah. Begitu juga investor. Mereka membangun di pinggir-pingir pulau bali terlebih dulu kemudian mereka membangun di tengah-tengah pulau ini. Itulah yang menjadi sesuatu yang mengkhawatirkan. “Apalagi ditambah kurangnya perda-perda yang memperketat para investor untuk membangun hotel dan villa-villa,” tambah relawan WALHI yang sering disapa dek gus itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar